Friday, November 6, 2015

Education-CERPEN: Dendam Bumi Gara-Gara Paha Ayam




Banyak sekali penampakan-penampakan sinis yang aku lihat meskipun itu disengaja ataupun yang tidak ku sengaja. Barang kali aku mempunyai kesalahan terhadapnya namun aku pikir piker tidak sedikitpun aku menyakitinya bahkan akupun berteman akrab dengannya. Ada kemungkinan memang sudah saatnya mereka menampakkan segala keherannannya terhadapku. Bahkan sampai-sampai merehatiakanku daka rela memperhatiakanku saat aku membuka pintu dan jendela kamar. Keheranan semakin menyelimuti pikiran sekalikus bercampur kekhawatiran yang mencekam. Kudengar suara langkah yang mengendap-ngendap dengan nayaringnya dengan nada yang khas dan itu pun sangat familier di telingaku. “klotak, klotak,…klotak”. Sebuah ayunan daun pintupun mengibaskan besrta rasa terkejutku langsung memalingkan pandanganku, meskipun pandangan ku langsung tertuju padanya. 
            Le..ndang mangan cepet siap-siap lan diringkesi seng kudu diringkesi ojo sampek wedos gembel mudon lagek ringkes-ringkes. Injeh ibune” kudengar suara itu sampai kepucuk gendang telingaku, sehingga akupun langsung bergegas menuju sajian makanan dengan aruma yang melelhkan tekat kerasku dengan semangat. Pintu kamarpun sudah lebar untuk mempersialhakanku untuk keluar, demi memnihi hasrat lahiriah beserta batin ku yang tarsus bergejolak sejak tadi pagi yang terus diiringi rasa khawatir yang aku rasakan selama abu yang beterbangan tidak kunjung mempersilahkan sianar kehidupan untuk menyusup dari bingkai-bingkai candela yang tersu menghalangiku dari kehidupan dunia luar ini.
            Beberapa detik yang lalu kudengar lagi suara yang setiap hari didengar seluruh rumah yang tadinya suasana dengan penuh canda tawa namun dengan seketikanya menjadi genggap gempita bagaikan jantung berhenti sejenak. Akupun juga merasakan seperti itu meskipun Ani dan bapak serta ibunya tidak mengetahui perasaan yang aku rasakan saat ini, bahkan yang aku rasakan bisa saja melebihi yang mereka rasakan dengan berbagai kekhawatiran ini. Akupun mendapatkan makana yang selalu kusyukuri dan akupun tidak mengeluh mekipun hanya sebuh rangka iga ayam goring yang menggugah selera. Pagi ini akupun merasakan keheranan lagi akupun mendapatkan menu yang tidak biasa di hari-hari lain, yakni sebuah paha ayam yang tidak kurang sama sekali dan aku merasakan kenikmatan dan kebaikan dari keluarga ini. Aku juga merasakan keheranan sekali lagi “mengapa mereka memberikan semua paha-paha ini dan tidak menggigitnya sekaligus namun setelah merka mendekatkan penciunannya kepada makanna ini langsung menaruh kembali ke sajian”… aku berteriak dengan sekeras mungkin untuk memberitahukan bahwa ini sangat enak.

            
      Aku agak menyesali perbuata yang aku lakukan pagi ini karena tidak bisa mengajak ani dan keluarganya untuk merasakan yang aku rasakan dengan kenikmatan paha ayam goreng ini. Sekian.
Share:
loading...
loading...
loading...
loading...
loading...
Copyright © Move On Inspiration | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com