Banyak sekali penampakan-penampakan
sinis yang aku lihat meskipun itu disengaja ataupun yang tidak ku sengaja.
Barang kali aku mempunyai kesalahan terhadapnya namun aku pikir piker tidak
sedikitpun aku menyakitinya bahkan akupun berteman akrab dengannya. Ada
kemungkinan memang sudah saatnya mereka menampakkan segala keherannannya
terhadapku. Bahkan sampai-sampai merehatiakanku daka rela memperhatiakanku saat
aku membuka pintu dan jendela kamar. Keheranan semakin menyelimuti pikiran
sekalikus bercampur kekhawatiran yang mencekam. Kudengar suara langkah yang
mengendap-ngendap dengan nayaringnya dengan nada yang khas dan itu pun sangat
familier di telingaku. “klotak, klotak,…klotak”. Sebuah ayunan daun pintupun
mengibaskan besrta rasa terkejutku langsung memalingkan pandanganku, meskipun
pandangan ku langsung tertuju padanya.
Le..ndang
mangan cepet siap-siap lan diringkesi seng kudu diringkesi ojo sampek wedos
gembel mudon lagek ringkes-ringkes. Injeh ibune” kudengar suara itu sampai
kepucuk gendang telingaku, sehingga akupun langsung bergegas menuju sajian makanan
dengan aruma yang melelhkan tekat kerasku dengan semangat. Pintu kamarpun sudah
lebar untuk mempersialhakanku untuk keluar, demi memnihi hasrat lahiriah
beserta batin ku yang tarsus bergejolak sejak tadi pagi yang terus diiringi
rasa khawatir yang aku rasakan selama abu yang beterbangan tidak kunjung
mempersilahkan sianar kehidupan untuk menyusup dari bingkai-bingkai candela
yang tersu menghalangiku dari kehidupan dunia luar ini.
Beberapa
detik yang lalu kudengar lagi suara yang setiap hari didengar seluruh rumah
yang tadinya suasana dengan penuh canda tawa namun dengan seketikanya menjadi
genggap gempita bagaikan jantung berhenti sejenak. Akupun juga merasakan
seperti itu meskipun Ani dan bapak serta ibunya tidak mengetahui perasaan yang
aku rasakan saat ini, bahkan yang aku rasakan bisa saja melebihi yang mereka rasakan
dengan berbagai kekhawatiran ini. Akupun mendapatkan makana yang selalu
kusyukuri dan akupun tidak mengeluh mekipun hanya sebuh rangka iga ayam goring
yang menggugah selera. Pagi ini akupun merasakan keheranan lagi akupun
mendapatkan menu yang tidak biasa di hari-hari lain, yakni sebuah paha ayam
yang tidak kurang sama sekali dan aku merasakan kenikmatan dan kebaikan dari
keluarga ini. Aku juga merasakan keheranan sekali lagi “mengapa mereka
memberikan semua paha-paha ini dan tidak menggigitnya sekaligus namun setelah
merka mendekatkan penciunannya kepada makanna ini langsung menaruh kembali ke
sajian”… aku berteriak dengan sekeras mungkin untuk memberitahukan bahwa ini
sangat enak.
Aku
agak menyesali perbuata yang aku lakukan pagi ini karena tidak bisa mengajak
ani dan keluarganya untuk merasakan yang aku rasakan dengan kenikmatan paha ayam
goreng ini. Sekian.